Anak-anak sering merasa tertekan dengan harapan orangtuanya. Orangtua seringkali tidak bisa memahami bahwa anak mereka ternyata salah paham akan harapan mereka. Seperti ada jarak antara harapan yang dikatakan orangtua dengan penerimaan anak. Dalam hal ini, ditekankan pentingnya klarifikasi yang tepat atas harapan orangtua.
Harapan orangtua tentang nilai-nilai moral, perilaku sosial, tanggung jawab pekerjaan sekolah pada anak harus dinyatakan dengan jelas. Seringkali orangtua berasumsi bahwa anaknya dapat mengetahui apa yang diharapkannya tanpa perlu penjelasan yang eksplisit. Tetapi, sebaliknya ada orangtua yang terlalu banyak bicara tentang harapannya sehingga menimbulkan perdebatan yang terus menerus.
Pengharapan yang terlalu banyak (atau terlalu sedikit) dapat membuat salah paham antara orangtua dan anak.
Apabila harapan tidak dinyatakan secara jelas, anak hanya dapat berasumsi bahwa suatu perilaku yang mendapat pujian berarti merupakan perilaku yang memang diharapkan, sedangkan perilaku yang mendapat hukuman adalah perilaku yang mengecewakan (tidak diharapkan) orangtua. Pujian dan hukuman untuk perilaku orang lain (teman/saudara) juga akan dipersepsikan sebagai bentuk harapan orangtua terhadap mereka. Anak-anak juga dapat menjadi bingung dan akhirnya percaya bahwa harapan yang mereka miliki adalah juga harapan orangtua mereka. Jadi, ketika suatu saat mereka kecewa akan prestasi mereka, anak-anak merasa bahwa mereka tidak dapat memenuhi harapan orangtuanya. Berikut ini adalah salah satu contohnya: