Bosan merupakan keluhan yang paling sering dilontarkan anak-anak karena tidak suka pada kegiatan sekolah atau pelajaran tertentu. Anak kemudian ngambek tidak mau sekolah atau menjadi gembira di sekolah. Tidak mudah memang untuk menanganinya.
Seringkali orang tua dan guru tidak paham bahwa “bosan” bisa memiliki arti berbeda pada anak yang berbeda.
Bosan bisa berarti :
- Tidak menantang atau justru terlalu banyak tantangan.
- Harus duduk diam terlalu lama atau terlalu sedikit aktivitas yang bisa dilakukan.
- Terlalu banyak tugas menulis atau terlalu banyak tugas membaca.
- Tugas sekolah melulu, tanpa kegiatan atau humor atau penyaluran kreativitas.
- Latihan (drill work) yang bertujuan untuk membantu anak mengingat pelajarn.
- Sekolah jadi membosankan bagi anak yang merasa harus mengorbankan waktu ngobrol dengan temannya.
- “tidak relevan”, yaitu tugas-tugas sekolah yang diyakini oleh para remaja tidak berguna untuk kehidupannya dan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.
- Pelajaran yang disampaikan guru tidak menarik seperti acara-acara atau program di TV.
- Yang paling sering, bosan digunakan untuk alasan tidak mengerjakan sesuatu yang ditakutkan tidak akan dapat diselesaikan dengan baik.
Bila kemampuan dan ketrampilan anak tidak cocok dengan kurikulum yang ada, sehingga tugas-tugas jadi terlalu mudah atau terlalu sulit, orang tua tidak boleh ragu untuk bertukar pikiran dengan guru. Kalau tugas terlalu berat, lebih mudah mengkomunikasikannya. Namun bila tugas-tugas di kelas dianggap terlalu ringan, jangan menyalahkan guru dulu karena kurang memberikan tantangan, tetapi diskusikan jalan keluarnya. Misalnya dengan meminta guru memberikan tugas individual, atau bila disepakati bisa juga menempatkan siswa di kelompok/kelas yang lebih menantang.
Pada siswa yang berbakat, bisa disepakati : bila pada tugas pertama hasilnya baik sekali, maka ia hanya harus mengerjakan ¾ dari tugas berikutnya. Bila hasilnya juga baik sekali, maka pengurangan jumlah tugas diteruskan. Tetapi bila kualitas hasilnya turun, maka kuantitas tugas yang harus diselesaikan ditambah. Anak yang cerdas biasanya senang bila mendapat lebih sedikit pengulangan tugas.
Sebelum orang tua dapat menentukan tingkatan akademik yang tepat bagi anaknya, maka anak harus didorong untuk terus berusaha mengerjakan tugas meskipun mereka mengeluh bosan. Jangan biarkan bosan menjadi alasan untuk menghindari tugas. Mereka dapat didorong untuk mencari tantangan sendiri, misalnya dengan belajar lebih mendalam mengenai materi tersebut, kemudian hasilnya disajikan kepada orang tua atau kelasnya. Tugas tambahan semacam ini tepat bagi anak berbakat.
Kalau anak mengalami tugas-tugas yang terlau sulit, orang tua perlu mendiskusikan dengan guru kemungkinan menyesuaikan tugas bagi anak, bila perlu dengan menyertakan evaluasi dan rekomendasi psikolog.
Anak perlu didorong untuk melibatkan diri pada proyek-proyek pribadi yang memperlihatkan dan memperluas minatnya. Misalnya dengan menyediakan berbagai peluang untuk dicoba, dan menghargai hasil kerjanya.
Anak juga harus didorong untuk terus menambah pengetahuannya, dengan cara menghargai rasa ingin tahunya, ketekunannya, minatnya dan kualitas hasil kerjanya. Orang tua dapat memberi contoh (model) dengan cara menekuni bidang yang menjadi minatnya di waktu luang.
Pada saat anak mendapat tugas yang agak membingungkan dan menuntut berpikir original, misalnya menuliskan cerita atau laporan, atau melakukan proyek ilmiah, mereka mungkin mengatakan ini “membosankan” karena mereka bingung bagaimana memulainya. Orang tua hendaknya tidak memberikan saran penyelesaian, melainkan mengajari anak bagaimana melakukan brainstorming untuk ide mereka. Bila mereka sudah terbiasa berpikir divergen, maka tugas-tugas open-ended tidak lagi dianggap membosankan atau terlalu sulit.
Proyek yang bersifat jangka panjang, juga dapat dianggap membosankan atau berlebihan. Guru dapat membantu dengan memecahnya menjadi sub-sub bagian. Namun bila guru tidak melakukannya, orang tua dapat mengajari anak ketrampilan ini di rumah.
Untuk memberikan contoh (model) mengenai ketekunan, maka orang tua dapat melibatkan anak sebagai partner untuk melaksanakan tugas yang membosankan tersebut.
Rimm, S. B. (2008). How to Parent So Children Will Learn: Strategies for Raising Happy, Achieving Children. Great Potential Press, Inc.