Jika anak bosan sekolah….

book-15584_1280

Bosan merupakan keluhan yang paling sering dilontarkan anak-anak karena tidak suka pada kegiatan sekolah atau pelajaran tertentu. Anak kemudian ngambek tidak mau sekolah atau menjadi gembira di sekolah. Tidak mudah memang untuk menanganinya.

Seringkali orang tua dan guru tidak paham bahwa “bosan” bisa memiliki arti berbeda pada anak yang berbeda.

Bosan bisa berarti :

  • Tidak menantang atau justru terlalu banyak tantangan.
  • Harus duduk diam terlalu lama atau terlalu sedikit aktivitas yang bisa dilakukan.
  • Terlalu banyak tugas menulis atau terlalu banyak tugas membaca.
  • Tugas sekolah melulu, tanpa kegiatan atau humor atau penyaluran kreativitas.
  • Latihan (drill work) yang bertujuan untuk membantu anak mengingat pelajarn.
  • Sekolah jadi membosankan bagi anak yang merasa harus mengorbankan waktu ngobrol dengan temannya.
  • “tidak relevan”, yaitu tugas-tugas sekolah yang diyakini oleh para remaja tidak berguna untuk kehidupannya dan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.
  • Pelajaran yang disampaikan guru tidak menarik seperti acara-acara atau program di TV.
  • Yang paling sering, bosan digunakan untuk alasan tidak mengerjakan sesuatu yang ditakutkan tidak akan dapat diselesaikan dengan baik.

Tertarik? Silakan baca selengkapnya

The Manipulative Student

StudentsSiswa yang suka memanipulasi, dengan sengaja menghindar untuk melakukan tugas-tugasnya. Mereka pun seolah-olah telah siap dengan jawaban-jawaban yang dapat dipercaya setiap harinya mengenai alasan mengapa mereka tidak mengerjakan pekerjaan rumah atau mengerjakan tugas dalam jumlah yang lebih sedikit. Siswa yang manipulatif ini berpikir bahwa mereka harus bermain menjadi detektif untuk dapat memperbaharui alasan-alasan mereka. Bahkan siswa dengan tipe ini tidak segan-segan untuk mengubah nilai rapor mereka untuk nilai yang jelek.

Siswa yang manipulatif menikmati usaha-usaha manipulatif yang mereka lakukan dan merasa bangga telah melakukannya. Mereka merasa telah mengalahkan sistem sekolah, mengerjakan tugas sesedikit mungkin. Tujuan mereka datang ke sekolah adalah untuk bersosialisasi di kelas dan meremehkan tugas-tugas akademik. Mereka berpikir, tugas-tugas sekolah tidak memberikan keuntungan positif bagi mereka dan hanya siswa lugu yang mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.

Siswa dengan karakteristik ini, tidak menyadari dampak dari perilaku mereka untuk jangka panjang. Mereka dapat menjadi siswa yang “kalah” pada masa-masa yang akan datang karena pengetahuan mereka tidak bertambah seperti teman-teman sekelasnya dan mungkin akan memiliki masalah yang besar untuk dapat lulus dari tes kompetensi di tingkat lanjutan atas.

Yang harus dilakukan oleh siswa manipulatif untuk mengejar ketertinggalan mereka karena kebiasaan belajar yang buruk adalah dengan mengikuti tutorial dan kelas malam. Orangtua juga diharapkan lebih berperan untuk memeriksa tugas-tugas harian anak dan memastikan bahwa mereka menyelesaikan tugas-tugas sekolah mereka sendiri.

The Disorganized Student

StudentsThe Disorganized student adalah siswa yang seolah-olah tidak dapat menempatkan sesuatu secara terorganisir. Permasalahan di sekolah muncul bagi siswa tipe ini adalah ketika mereka mulai berhadapan dengan mata pelajaran yang lebih beragam dengan guru yang berganti-ganti. Permasalahan ini mulai tampak nyata pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan atas dimana siswa dituntut untuk memiliki perencanaan, pengorganisasian dan penetapan prioritas.

Siswa dengan tipe ini biasanya memiliki intensi yang baik. Bila mereka ingat untuk menuliskan tugas-tugas mereka dan membawa buku yang diperlukan ke rumah, mereka memiliki kesempatan yang baik untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Namun hambatannya, kadang-kadang hanya sebagian tugas saja yang mereka tuliskan karena ketika mereka pindah ke ruang lain di rumah mereka, tugas-tugas berikutnya menjadi terlupakan. Siswa dengan tipe ini bukanlah siswa yang malas atau penentang. Mereka hanya kelihatan tidak dapat menyatukan semuanya secara bersamaan. Mereka biasanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah mereka namun seringkali tidak lengkap dan jarang dikumpulkan tepat waktu. Hambatan yang biasanya terjadi adalah tugas-tugas tersebut tertinggal di rumah, sudah diletakkan di tas namun mereka mengalami kesulitan untuk menemukannya atau kehilangan buku-buku mereka. Orangtua siswa yang tidak terogranisir ini hampir frustrasi dan cepat hilang kesabaran karena mereka sudah mengupayakan berbagai cara, namun tidak menunjukkan hasil.

Ketidakteraturan pada anak ini dapat dipengaruhi oleh kombinasi nature (faktor genetik yang dibawa oleh anak ketika mereka lahir) dan nurture (apa yang diajarkan oleh lingkungan). Keluarga tidak dapat melakukan apa-apa terhadap aspek genetik, namun dapat mengubahnya dari lingkungan rumah. Anak dapat belajar untuk hidup dalam sistem perorganisasian sekolah yang realistik dan masuk akal. Orangtua dapat memotivasi anak secara ekternal setiap hari dengan menggunakan konsekuensi positif dan negatif secara konsisten, seperti pemberian reward dan punishment. Yang dapat mereka lakukan adalah mengajarkan anak mengenai sistem keterampilan belajar hingga membentuk suatu kebiasaan yang dapat dipercayakan kepada anak.