Tentang Kearifan

Seorang yang arif atau bijaksana tidak bereaksi segera secara ekstrim terhadap suatu stimulus, sebelum ia menelaahnya lebih dari dua sisi. Pendapatnya terukur, tidak berlebihan, tidak fanatik. Melihat sesuatu maka ia ingin mengetahui keadaannya, riwayatnya dan kemungkinan-kemungkinannya. Ia tidak melompat dan menerkam sesuatu yang baru sebagai suatu yang menggantikan apa yang telah ada seluruhnya; ia akan mempertimbangkannya lebih dahulu. Orang yang arif dapat membedakan apa yang harus segera dihadapi dan apa yang dapat ditunda, lalu bekerja sesuai dengan itu. Ia dapat memahami mengapa seseorang bersikap atau bertindak seperti itu. Ia mengenal manusia. Kearifan tidak dapat dipisahkan dari keadilan dan kejujuran.

Sumber:

  • Harsono. 2006. Kearifan dalam Transformasi Pembelajaran: Dari Teacher-centered ke Students-centered Learning. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia. Vol. 1 (1).

3 thoughts on “Tentang Kearifan

  1. Ping-balik: Quotes « Learning how to learn

  2. “Seorang yang arif atau bijaksana tidak bereaksi segera secara ekstrim terhadap suatu stimulus, sebelum ia menelaahnya lebih dari dua sisi”.
    Pada umumnya, orang yang arif adalah orang yang berpendidikan. Karena, kearifan dapat dicapai dengan pendidikan. Tetapi tidak semua orang yang berpendidikan itu arif. gt x y??? unk lbih ljasnya, eh! jlasnya bs ditnya k P. Arif x y? he, he, he

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s