Bagaimana cara kerja otak?

Otak ialah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer yang mengatur fungsi dari semua alat-alat tubuh.  Cara kerja otak sangat rumit dan kompleks karena tidak hanya melibatkan begitu banyak sel saraf tetapi juga pengaturan fungsi antara berbagai pusat di kedua belahan otak.

 Otak terdiri dari sel saraf (neuron) yang berjumlah 100 miliar (10 10) sel saraf.  Badan-badan sel saraf terkumpul membentuk satu simpul saraf atau ganglion.  Di dalam sebuah ganglion, badan-badan sel saraf saling mempengaruhi.

Pada perkembangan lebih lanjut, berkembang sel-sel penghubung antara badan-badan sel di dalam simpul saraf itu, sehingga memungkinkan pengolahan semua rangsang-rangsang yang diterima.  Demikianlah simpul saraf berkembang menjadi susunan saraf sentral (dalam Markam, 1982).

Pada manusia, reseptor indera-indera ialah pelihatan, pendengaran, penghidu, pengecap dan peraba atau perasa dalam kulit dan alat-alat lain.  Indera-indera ini berfungsi menangkap rangsangan dari luar maupun rangsangan dari dalam tubuh dan mengubahnya menjadi rangsang-rangsang saraf.

Salah satu contoh jalannya rangsang dan proses pengolahan informasi adalah indera pelihat yaitu retina mata yang berfungsi menangkap rangsang cahaya yang diubahnya menjadi rangsang saraf.  Rangsang ini disalurkan melalui saraf mata ke pusat-pusat pelihatan di dalam otak.

Sel ganglion kemudian akan mentransmisikan informasi tersebut (rangsang cahaya misalnya) dalam bentuk pulsa elektronik melalui bagian sel yang disebut akson.  Sinyal masukan ini kemudian akan diterima oleh bagian neuron yang  yang disebut dendrit.  Selanjutnya akan terjadi proses fisiko-kimia yang menghubungkan dua sel saraf dan terbentuk sinapsis.  Proses reaksi ini dihubungkan oleh senyawa neurotransmiter (dalam Winson, 1985).  Semakin banyak sinyal-sinyal yang ada maka semakin “rimbun” pula sel-sel saraf tersebut.

Informasi ini kemudian akan dibawa ke pusat-pusat otak untuk diolah sedemikian rupa sehingga manusia dapat menyimpan dan menggunakannya dalam bentuk fungsi asor dan fungsi luhurnya.  Di dalam otak terjadi proses asosiasi dan kerjasama antara pusat-pusat fungsi yang ada sehingga informasi dapat diolah menjadi sesuatu yang bermakna.

Otak terdiri atas dua belahan yaitu belahan kanan dan belahan kiri.  Belahan otak kanan lebih bersifat lateral, divergen, berpikir kreatif, dan sintesis.  Sedangkan belahan otak kiri bersifat vertikal, konvergen dan berpikir analisis.  Belahan otak kiri menilai kebermaknaan tertentu.  Dalam mengolah informasi dalam berbagai bidang, maka kerja otak “berjalan-jalan” dari belahan otak kanan dan belahan otak kiri, terutama untuk melakukan pemecahan masalah.

Siler (1990, dalam Semiawan, 1997) menganalogikan berfungsinya otak dengan proses kimiawi yang merupakan proses nuklir peleburan (nuclear fusion) bagi proses mental intuisi, dan proses nuklir pembelahan (nuclear fission) bagi proses mental rasio.  Kedua kajian di dalam otak menunjuk pada konfigurasi lapangan energi dalam otak yang berbeda yang disebut cerebreactor.

Pada momen rasional salah satu belahan otak berfungsi lebih kuat dari belahan yang lain dan dinyatakan sebagai disunity elektrokimiawi (Siler, 1990 dalam Semiawan, 1997), sedangkan dalam penghayatan intuisi kedua belahan otak menyatu meleburkan informasi terfokus dalam satu keseluruhan unity elektrokimiawi fungsional dalam waktu sepersepuluh permil sekonda atau kurang.

Cara kerja otak apabila dilihat dari sudut pandang proses penyimpanan dan penukilan ingatan, maka terdapat dua macam ingatan yaitu ingatan jangka panjang (Long Term Memory) dan ingatan jangka pendek (Short Term Memory) yang terbagi lagi menjadi ingatan merta dan ingatan jangka pendek.  Pusat ingatan terletak di hipokampus dan terkait pula dengan amigdala.

Informasi baru yang diterima seseorang adalah suatu pengalaman baru yang belum ada dalam ingatan jangka panjang, kemudian terjadi proses pemaknaan sehingga dapat dipahami dapat dicerna dan disesuaikan dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya.  Proses selanjutnya adalah penyimpanan dalam ingatan jangka panjang dalam waktu dan jumlah yang tak terbatas.  Proses pemaknaan yang ada dan mudah dipahami tersebut akan mempermudah penukilan informasi tersebut (retrive).

Daftar Bacaan:

Markam, S. & Yani, A. 1982. Neuro-anatomi. Jakarta: PT. Indira.

Semiawan, C. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT Gramedia.

Winson, J. 1985. Brain & Psyche. New York : Anchor Press.

Bahan kuliah neuro-psikologi.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s